AMALAN
SUNNAH
Sunnah adalah segala sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam baik perkataan, perbuatan, ataupun persetujuan.
Sunnat pula berarti sesuatu yang pelakunya mendapat pahala dan tidak ada dosa
bagi yang meninggalkannya.
Jika kita melihat pada
perjalanan hidup para sahabat ra, maka akan kita lihat bagaimana mereka
senantiasa menjaga terhadap hal-hal yang sunnah, bahkan berhati-hati terhadap
hal yang mubah, karena cinta mereka yang begitu tinggi kepada Allah SWT dan
karena takut terjerumus pada hal-hal yang dimurkai Allah SWT.
Kita membaca seorang sahabat yang mulia Abu Salamah ra, yang
memiliki kebiasaan setiap pulang dari majlis Rasulullah SAW di malam hari,
senantiasa membangunkan istrinya untuk bersegera menceritakan oleh-oleh berupa
cahaya wahyu al-Qur’an yang baru didapatnya.
Kita juga melihat
bagaimana sahabat Umar ra menginfakkan
kebunnya yang disayanginya di Madinah hanya karena tertinggal takbiratul-ihram dalam shalat berjama’ah, dll.
kebunnya yang disayanginya di Madinah hanya karena tertinggal takbiratul-ihram dalam shalat berjama’ah, dll.
I.
Dampak
Mengabaikan Amalan Sunnah
1. Terkotori oleh
kemaksiatan
- Kemaksiatan berapapun kecilnya adalah berbahaya, bukankah Nabi SAW bersabda: “Apabila seorang hamba berbuat dosa, maka diberikan noda hitam dalam hatinya.” Maka janganlah melihat kecilnya sebuah maksiat, tapi lihat kepada siapa maksiat itu diarahkan?
- Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya
meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa makna hajrul-qur’an (meninggalkan
al-Qur’an) dalam surat al-Furqan bukan hanya berarti tidak membaca,
melainkan juga tidak mau menghafal & mengamalkan al-Qur’an. Maka
saat ditimpa musibah berat, jangan sedih, mungkin sedemikian banyaklah
dosa
kita. - Tapi kita tak perlu putus asa, karena jika bertaubat insya Allah akan dihapus dosa tersebut oleh Allah SWT, sebagaimana kata para ulama : La Kaba’ir ma’al Istighfar, wala Shagha’ir ma’al Istimrar.
2. Berlebih-lebihan dalam hal yang mubah
- Memang mubah adalah boleh, tapi jika berlebihan maka dapat merusak amal, minimal menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga.
- Dalam Kitab at-Tauhid, Imam Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa pintu masuk syetan yang terakhir adalah pintu ini, setelah pintu murtad, pintu syirik, pintu bid’ah, pintu kufur, pintu maksiat dan pintu makruh.
3. Tidak sadar akan nilai nikmat Allah
- Dalam Al Qur’an surat Ibrahim ayat 34 “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni’mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni’mat Allah).” (QS. Ibrahim [14]: 34) disebutkan tentang demikian banyaknya limpahan nikmat-Nya pada diri kita. Juga surat QS al-Kautsar “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al Kautsar [108]: 1-3). Maka nikmat RABB-mu yang mana lagi yang akan kamu dustakan (dengan tidak bersyukur/beribadah)?
- Sampai-sampai kita masuk jannah-pun karena nikmat-Nya dan bukan karena amal kita (HR Bukhari Muslim).
4. Lalai terhadap
kebutuhan kita terhadap amal-amal tersebut.
- Di antara manfaat istighfar adalah menambah kekuatan fisik, rizki, dsb “…maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh [71]: 10-12)[3].
- Jika ingin diingat-Nya maka kita dulu harus ingat pada-Nya (Fadzkuruni adzkurkum…).
- Fenomena yang ada di antaranya ialah banyak menyia-nyiakan waktu, menunda-nunda atau bahkan sampai tak tahu apa yang akan dikerjakan lagi.
5. Lemahnya pemahaman yang benar tentang
hakikat pahala yang berlipatganda.
- Di antara amal yang paling dicintai Allah adalah yang kontinyu walau sedikit.
- Nabi SAW, jika ada waktu istirahat maka istirahat beliau SAW adalah melakukan shalat (Arihna ya Bilal bish Shalat…).
6. Melupakan kematian & apa yang menanti
setelahnya.
- Allah mengingatkan kita untuk senantiasa mempersiapkan bekal untuk setelah mati “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr [59]: 18)[4].
- Kata Ali ra: “Shalatlah kalian seperti shalatnya seorang yang akan meninggalkan dunia.”
- Pesan Abubakar pada Aisyah ra: “… dan jika aku sudah meninggal, maka kafanilah aku dengan kain yang paling murah, karena ia hanya akan menjadi wadah nanah & darah…”
7. Mengira amalnya
sudah cukup.
- Dicela oleh Allah SWT.
- Nabi SAW saat turun surat Hud, Waqi’ah, An Naba’ & Takwir sampai beruban rambutnya.
8. Terlalu banyak
tugas & pekerjaan.
- Maka harus tawazun, ingat kisah Salman & Abu Dzar ra.
- Nabi SAW membagi waktunya dalam 3 bagian: 1/3 untuk Rabb-nya, 1/3 untuk keluarganya & 1/3 untuk ummatnya.
9. Ditunda-tunda &
dinanti-nanti
- Sabda nabi SAW: “Persiapkanlah yang 5 sebelum datang yang 5: Masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum masa sakitmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, masa kayamu sebelum masa miskinmu dan masa hidupmu sebelum masa matimu.”
- Orang yang kuat menurut Umar ra adalah orang bersegera dalam setiap amal.
10. Menyaksikan
sebagian panutan dalam kondisi pengabaian
- Imam Ghazali menyebutkan bahwa salah satu dosa kecil yang bisa menjadi dosa besar adalah dosa kecil yang dilakukan oleh ulama, karena dapat mengakibatkan ditiru orang lain.
- Oleh karenanya maka Nabi SAW demikian menekankan disiplin pada keluarganya (Fathimah ra, Ali ra, Hasan & Husein ra) sebelum orang lain.
II.
Manfaat amalan sunnah
1.Menutup kekurangan
amalan wajib
Rasulullah bersabda :“Sesungguhnya
amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah
shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih
tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku.Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak?
Jika shalatnya
sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam
shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah
hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah
berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang ada pada amalan wajib dengan
amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.”(H.R Imam Ahmad, Abu
Daud dan Tirmidzi)
2. Penghapus dosa
Setiap amalan yang
dilakukan seorang hamba akan diberikan ganjaran berupa pahala yang banyak.
Selain itu amalan yang kita lakukan juga bermanfaat untuk menghapus dosa.
Ada sebuah riwayat
dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu yaitu pada suatu kali
: “Ada seorang laki-laki yang pernah mencium seorang wanita (yang tidak
halal baginya), lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
menceritakan hal tersebut.
Lalu Allah azza wa
jalla menurunkan firman-Nya: “Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (pagi
dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. (QS. Hud: 114). Kemudian orang itu bertanya : Ya Rasulullah,
apakah ini khusus untukku? Beliau menjawab: Untuk umatku seluruhnya. (H.R
Imam Bukhari)
3.Mendapatkan kecintaan Allah.
Diantara keutamaan
melakukan amalan amalan sunnah yang tidak diwajibkan adalah sebagai pendekatan
diri kepada Allah Ta’ala sehingga mendatangkan kecintaan-Nya.
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Allah Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku,
maka Aku akan memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan
amalan wajib yang Kucintai. Hamba-Ku
senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku
mencintainya.
Jika Aku telah
mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan
untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk
melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang,
memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon
sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan,
pasti Aku melindunginya.” (H.R Imam Bukhari)
Itulah sebagian
manfaat yang bisa diperoleh seorang hamba jika mengerjakan amalan
amalan sunnah yang sangat dianjurkan. Oleh karenanya sungguh merugi
orang orang yang mengabaikannya padahal dia berkemampuan untuk melakukannya.
Memang ada diantara
saudara saudara kita yang terkadang melalaikan amalan amalan sunnah.
Mereka berkata : Ah inikan cuma amalan sunnah. Jika dikerjakan memang berpahala
tapi jika tidak dikerjakan tidak apa apa, tidak berdosa. Perkataan
ini memang ada sedikit benarnya karena begitulah makna sunnah
menurut ulama fiqih. Tapi ketahuilah wahai saudaraku, bahwa suatu amalan sunnah
jika dilakukan maka Allah menjanjikan pahala yang besar dan jika tidak
dikerjakan akan rugi karena kehilangan tambahan pahala dan kebaikan.
III.
SUNNAH RASULULLAH SAW YANG SERING DILUPAKAN
Di antara perbuatan sunnah yang jarang
dilakukan kaum muslimin adalah sebagai berikut:
1. Mendahulukan Kaki Kanan Saat Memakai Sandal
Dan Kaki Kiri Saat Melepasnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika kalian
memakai sandal maka dahulukanlah kaki kanan, dan jika melepaskannya, maka
dahulukanlah kaki kiri. Jika memakainya maka hendaklah memakai keduanya atau
tidak memakai keduanya sama sekali.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
2. Menjaga Dan Memelihara Wudhu.
Diriwayatkan dari Tsauban Radhiyallahu Anhu
bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Istiqamahlah
(konsistenlah) kalian semua (dalam menjalankan perintah Allah) dan kalian tidak
akan pernah dapat menghitung pahala yang akan Allah berikan. Ketahuilah bahwa
sebaik-baik perbuatan adalah shalat, dan tidak ada yang selalu memelihara
wudhunya kecuali seorang mukmin.”(HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
3. Bersiwak (Menggosok Gigi dengan Kayu Siwak)
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha
bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Siwak dapat
membersihkan mulut dan sarana untuk mendapatkan ridha Allah.” (HR. Ahmad dan
An-Nasa`i).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga
bersabda, “Andaikata tidak memberatkan umatku niscaya aku memerintahkan mereka
untuk bersiwak setiap kali hendak shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Bersiwak disunnahkan setiap saat, tetapi lebih
sunnah lagi saat hendak berwudhu, shalat, membaca Al-Qur`an, saat bau mulut
berubah, baik saat berpuasa ataupun tidak, pagi maupun sore, saat bangun tidur,
dan hendak memasuki rumah.
Bersiwak merupakan perbuatan sunnah yang hampir
tidak pernah dilakukan oleh banyak orang, kecuali yang mendapatkan rahmat dari
Allah. Untuk itu, wahai saudaraku, belilah kayu siwak untuk dirimu dan
keluargamu sehingga kalian bisa menghidupkan sunnah ini kembali dan niscaya
kalian akan mendapatkan pahala yang sangat besar.
4. Shalat Istikharah.
Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu Anhu bahwa
ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengajarkan kepada kita
tata cara shalat istikharah untuk segala urusan, sebagaimana beliau mengajarkan
surat-surat Al-Qur`an kepada kami.” (HR. Al-Bukhari).
Oleh karena itu, lakukanlah shalat ini dan berdoalah
dengan doa yang sudah lazim diketahui dalam shalat istikharah.
5. Berkumur-Kumur Dan Menghirup Air dengan
Hidung Dalam Satu Cidukan Telapak Tangan Ketika Berwudhu.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Zaid
Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkumur-kumur
dan menghirup air dengan hidung secara bersamaan dari satu ciduk air dan itu
dilakukan sebanyak tiga kali. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
6. Berwudhu Sebelum Tidur Dan Tidur Dengan
Posisi Miring Ke Kanan.
Diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib
Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika
kamu hendak tidur, maka berwudhulah seperti hendak shalat, kemudian tidurlah
dengan posisi miring ke kanan dan bacalah, ‘Ya Allah, Aku pasrahkan jiwa ragaku
kepada-Mu, aku serahkan semua urusanku kepada-Mu, aku lindungkan punggungku
kepada-Mu, karena cinta sekaligus takut kepada-Mu, tiada tempat berlindung
mencari keselamatan dari (murka)-Mu kecuali kepada-Mu, aku beriman dengan kitab
yang Engkau turunkan dan dengan nabi yang Engkau utus’. Jika engkau meninggal,
maka engkau meninggal dalam keadaan fitrah.Dan usahakanlah doa ini sebagai
akhir perkataanmu.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
7. Berbuka Puasa Dengan Makanan Ringan.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu
Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berbuka puasa
sebelum shalat maghrib dengan beberapa kurma basah. Jika tidak ada maka dengan
beberapa kurma kering.Jika tidak ada, maka beliau hanya meminum beberapa teguk
air.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
8. Sujud Syukur Saat Mendapatkan Nikmat Atau
Terhindar Dari Bencana.
Sujud ini hanya sekali dan tidak terikat oleh
waktu. Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Jika
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan sesuatu yang menyenangkan
atau disampaikan kabar gembira maka beliau langsung sujud dalam rangka
bersyukur kepada Allah.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
9. Tidak Begadang Dan Segera Tidur Selesai Shalat Isya`.
Hal ini berlaku jika tidak ada keperluan saat
begadang.Tetapi jika ada keperluan, seperti belajar, mengobati orang sakit dan
lain-lain maka itu diperbolehkan. Dalam hadits shahih dinyatakan bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak suka tidur sebelum shalat isya`
dan tidak suka begadang setelah shalat isya`.
10. Mengikuti Bacaan Muadzin
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu
Anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Jika kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan oleh
muadzin, kemudian bershalawatlah kepadaku. Barangsiapa yang bershalawat
kepadaku, maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali.Kemudian mintakan
wasilah untukku, karena wasilah merupakan tempat di surga yang tidak layak
kecuali bagi seorang hamba Allah dan aku berharap agar akulah yang
mendapatkannya. Barangsiapa yang memintakan wasilah untukku maka ia akan
mendapatkan syafaatku (di akhirat kelak).” (HR. Muslim)
11. Berlomba-Lomba
Untuk Mengumandangkan Adzan, Bersegera Menuju Shalat, Serta Berupaya Untuk
Mendapatkan ShafPertama.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Andaikata umat
manusia mengetahui pahala di balik adzan dan berdiri pada shaf pertama kemudian
mereka tidak mendapatkan bagian kecuali harus mengadakan undian terlebih dahulu
niscaya mereka membuat undian itu. Andaikata mereka mengetahui pahala bergegas
menuju masjid untuk melakukan shalat, niscaya mereka akan berlomba-lomba
melakukannya. Andaikata mereka mengetahui pahala shalat isya dan subuh secara
berjamaah, niscaya mereka datang meskipun dengan merangkak.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
12. Meminta Izin Tiga Kali Ketika Bertamu.
Jika tidak mendapatkan izin dari tuan rumah,
maka konsekuensinya anda harus pergi. Namun, banyak sekali orang yang
marah-marah jika mereka bertamu tanpa ada perjanjian sebelumnya, lalu pemilik
rumah tidak mengizinkannya masuk.Mereka tidak bisa memaklumi, mungkin pemilik
rumah memiliki uzur sehingga tidak bisa memberi izin.Allah Ta’ala berfirman,
“Dan jika dikatakan kepadamu, “Kembalilah!”Maka (hendaklah) kamu kembali.Itu
lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.
An-Nuur: 28)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, “Adab meminta izin itu hanya tiga kali, jika tidak diizinkan maka
seseorang harus pulang.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
13. Mengibaskan Seprai Saat Hendak Tidur.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,“Jika kalian hendak
tidur, maka hendaknya dia mengambil ujung seprainya, lalu mengibaskannya dengan
membaca basmallah, karena dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi di atas
kasurnya. Jika dia hendak merebahkan tubuhnya, maka hendaknya dia mengambil
posisi tidur miring ke kanan dan membaca, “Maha Suci Engkau, ya Allah, Rabbku,
dengan-Mu aku merebahkan tubuhku, dan dengan-Mu pula aku mengangkatnya. Jika
Engkau menahan nyawaku, maka ampunkanlah ia, dan jika Engkau melepasnya, maka
lindungilah ia dengan perlindungan-Mu kepada hamba-hamba-Mu yang shalih.” (HR.
Muslim).
14. Meruqyah Diri Dan Keluarga.
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha
bahwa ia berkata, “Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam senantiasa
meruqyah dirinya dengan doa-doa perlindungan ketika sakit, yaitu pada sakit
yang menyebabkan wafatnya beliau. Saat beliau kritis, akulah yang meruqyah
beliau dengan doa tersebut, lalu aku mengusapkan tangannya ke anggota tubuhnya
sendiri, karena tangan itu penuh berkah.” (HR. Al-Bukhari).
15. Berdoa Saat Memakai Pakaian Baru.
Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri
Radhiyallahu Anhu ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam jika
mengenakan pakaian baru, maka beliau menamai pakaian itu dengan namanya, baik
itu baju, surban, selendang ataupun jubah, kemudian beliau membaca, “Ya Allah,
hanya milik-Mu semua pujian itu, Engkau telah memberiku pakaian, maka aku mohon
kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan tujuannya dibuat, dan aku berlindung
kepada-Mu dari keburukannya dan keburukan tujuannya dibuat.” (HR. Abu Dawud dan
At-Tirmidzi)
16. Mengucapkan Salam Kepada Semua Orang Islam
Termasuk Anak Kecil
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru
Radhiyallahu Anhu, ia menceritakan, ”Seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ‘Apa ciri keislaman seseorang yang
paling baik?’Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Kamu memberikan
makanan (kepada orang yang membutuhkan) dan mengucapkan salam kepada orang yang
kamu kenal dan orang yang tidak kamu kenal.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu Anhu bahwa
ia menuturkan, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan melewati
kumpulan anak-anak, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka semua.” (HR.
Muslim).
17. Berwudhu Sebelum Mandi Besar (Mandi Junub)
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anhu,
“Jika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ingin mandi besar, maka beliau
membasuh tangannya terlebih dahulu, lalu berwudhu seperti hendak shalat,
kemudian memasukkan jemarinya ke airdan membasuh rambutnya dengan air.
Selanjutnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menuangkan air tiga ciduk
ke kepalanya dengan menggunakan tangannya, lalu mengguyur semua bagian
tubuhnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
18. Membaca ‘Amin’ Dengan Suara Keras Saat Menjadi Makmum
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika imam membaca
“Amin” maka kalian juga harus membaca “Amin” karena barangsiapa yang bacaan
Amin-nya bersamaan dengan bacaan malaikat maka diampunkan dosa-dosanya yang
telah berlalu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa kaum
salafus-shalih mengeraskan bacaan “Amin” sehingga masjid bergemuruh.
19. Mengeraskan Suara Saat Membaca Zikir Setelah Shalat
Di dalam kitab Shahih Al-Bukhari disebutkan,
“Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma mengatakan, mengeraskan suara dalam berzikir
setelah orang-orang selesai melaksanakan shalat wajib telah ada sejak zaman
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ibnu Abbas juga mengatakan, “Aku
mengetahui orang-orang telah selesai melaksanakan shalat karena mendengar zikir
mereka.” (HR. Al-Bukhari)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
“Disunnahkan mengeraskan suara saat membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah
shalat.”
Sunnah ini tidak dilakukan di banyak masjid
sehingga tidak dapat dibedakan apakah imam sudah salam atau belum, karena
suasananya sepi dan hening. Caranya adalah imam dan makmum mengeraskan bacaan
tasbih (Subhanallah), tahmid (Alhamdulillah) dan takbir (Allahu Akbar) secara
sendiri-sendiri, bukan satu komando dan satu suara.Adapun mengeraskan suara ketika
berzikir dengan satu komando, satu suara dan dipimpin oleh imam maka dalam hal
ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang mengatakan sunnah
secara mutlak, ada yang memandang sunnah dengan syarat-syarat tertentu dan ada
pula yang mengatakan bahwa zikir berjamaah adalah perbuatan bid’ah.
20. Membuat Pembatas Saat Sedang Shalat Fardhu
Atau Shalat Sunnah.
Diriwayatkan dari Abu Said al-Kudri
Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Ketika kalian hendak shalat, maka buatlah pembatas di depannya dan majulah
sedikit, dan janganlah membiarkan seseorang lewat di depannya. Jika ada orang
yang sengaja lewat di depannya, maka hendaknya dia menghalanginya karena orang
itu adalah setan.” (HR. Abu dawud dan Ibnu Majah)
DAFTAR
PUSTAKA
- Kitab
Afaatun ala Thariiq ad Dakwah, DR. Muh. Nuh;
- Al-Mustakhlash
fi Tazkiyyatil Anfus, Syaikh Sa'id Hawwa;
- Tadzkiratud
Du'at, Syaikh Bahi al-Khauly Rahimahumullah. Nabiel Fuad Al-Musawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar